KIKO
Author By distiwan
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh....
Halo temen2. Dah berapa hari ya Disty gak ngepost lagi ^_^ . Hmm apa kabarnya dirimu?? Hari ini Disty mau berbagi cerita yang berhubungan dengan kucing.Why kucing ?? Cz i like cat very much :P . It's so cute...Cerita ini kupersembahkan untuk kucingku tersayang yang kini telah tiada...hiks :( ... Smoga temen2 bisa menikmati...
“ Bu, ada apa ? “ Teriak diriku, makhluk berwarna hitam keabu-abuan dengan ekor yang lumayan panjang. Di depan mataku tampak ibu dan ketiga saudaraku sedang dimasukkan ke dalam ember yang sangat besar. Mereka tidak bisa berkutik, lawannya terlalu kuat, dengan tubuh yang besar dan dapat berdiri dengan kedua kakinya yang kekar.
“ Kiko, lari….”Teriak salah satu saudaraku yang kini telah berada di dalam ember. Kiko , begitulah mereka memanggilku. Aku lahir ditengah kehidupan sebuah keluarga yang tergolong bahagia. Tanpa ayah, tanpa mengetahui mengapa aku berada disini. Disaat kelahiranku, aku melihat banyak wajah-wajah manusia dengan raut bahagia. Mereka pun menyambut kelahiran kami dengan suka cita. Namun ketika usiaku bertambah, mereka berubah. Mereka bukanlah manusia-manusiaku yang kulihat waktu itu. Mereka bukanlah manusia-manusiaku yang dengan tatapan hangat menyambut kelahiranku. Mengapa mereka berubah ??
Ketika ibu dan saudara-saudaraku telah berhasil ditangkap oleh kedua manusia itu, kini mereka berpaling ke arahku. Dengan panik aku segera berlari keluar dari rumah itu, rumah yang telah aku tempati selama ini. Mereka mengejarku , namun aku lebih lincah dari mereka. Secepat kilat aku berlari ke rumah sebelah dan menghilang dari pandangan mereka.
“ Aku selamat, Aku berhasil !! Tapi bagaimana dengan ibu dan saudara-saudaraku ? “. Berhari-hari aku berdiam diri dirumah yang menjadi tempat pelarianku ini. “ Aku menderita, Aku kesepian. Tanpa teman aku melanjutkan hidupku bahkan untuk mencari makan pun aku harus bekerja keras, untuk menangkap tikus-tikus yang berkeliaran dirumah itu”. “ Tidak apa-apa lah, yang penting Aku dapat menyambung hidupku “
Suatu hari terlintas dalam pikiranku untuk melihat keadaan keluarga manusiaku. “ Apakah mungkin ibu dan saudara-saudaraku masih berada di sana ?”
Dengan perasaan bercampur aduk aku memberanikan diri masuk ke rumah itu lagi. “ Kiko…” Sebuah suara yang berasal dari seorang gadis berambut sebahu yang kini telah berada dihadapanku, terdengar olehku. Aku kaget, secara spontan aku segera berlari keluar dari rumah itu. Anehnya gadis itu tidak mengejarku seperti yang ia lakukan di malam itu, namun aku tetap berlari menyelamatkan diriku.
Hari berikutnya aku mencoba lagi datang ke rumah itu, dan seperti hari sebelumnya gadis itu memanggil namaku tanpa mengejarku. Dia hanya diam tak bergerak dan setelah beberapa saat dia masuk ke suatu ruangan dan keluar lagi dengan membawa sepiring nasi dan ikan goreng. Kini dia menuju ke arahku, aku pun bersiap-siap untuk melarikan diri lagi. Namun kakiku seolah-olah membeku, mereka tidak mau menuruti perintahku untuk lari. Gadis itu terus berjalan ke arahku. Ketika ia berada tepat di depanku, dia berjongkok di depanku dan mengelus-elus kepalaku dengan tangan kirinya sambil meletakkan piring itu di depanku.
“ Apa yang terjadi ? Mengapa ia berubah menjadi baik seperti ini ? “
Tanpa berpikir panjang lagi, aku mulai menyantap makanan yang disuguhkan gadis itu padaku. Makanan itu sungguh sangat lezat, sudah lama aku tidak merasakan makanan seenak.
Tidak sampai 15 menit makanan itu aku habiskan. Tiba-tiba tangan gadis itu mendekati tubuhku, seolah-olah dia ingin menggendongku. Dengan sikap berjaga-jaga aku menegakkan buluku agar dia tahu bahwa aku masih tidak percaya padanya. Sepertinya dia tahu kalau aku masih takut padanya, dia pun segera meninggalkan aku ditempat itu seorang diri.
Beberapa hari setelah itu aku kembali ke rumah itu lagi, namun aku melihat pintu dan jendela rumah itu terkunci. “ Dimana gadis itu ? “ Batinku.
Aku mengeong sekeras-kerasnya diluar rumah, namun gadis itu tidak muncul juga. Tiba-tiba aku melihat sebuah piring dari kaca tergeletak di lantai. Aku melongok ke dalam piring itu, ada nasi dan ikan goreng di dalamnya. Dengan lahap aku segera menyantap makanan itu.
Hari berikutnya aku ke rumah itu lagi, namun seperti hari sebelumnya, pintu dan jendela rumah itu masih terkunci tapi di teras rumah itu terdapat sepiring nasi dan ikan goreng seperti hari sebelumnya. Aku pun menyantap makanan itu dengan riang gembira.
Kejadian itu terus berulang setiap hari hingga suatu ketika, gadis itu terlihat duduk di teras belakang rumahnya sambil memegang piring kaca yang biasa diletakkan di teras dengan berisikan nasi dan ikan goreng. Aku yang sudah mulai percaya dengan gadis itu, segera mendekatinya. “ Meong…Meong “ Ku elus-elus kakinya dengan tubuhku dan dia pun menatapku dengan senyuman hangatnya.
Kemudian piring yang sedari tadi dipegang olehnya kini diturunkan ke lantai. Dia menatapku dengan lembut, seolah-olah menyuruhku menyantap makanan yang dihidangkannya.
Aku mulai menyantap makanan itu dengan lahap tanpa rasa takut berada di dekatnya. Setelah aku selesai makan, dia mendekatkan kedua tangannya ke arahku. Dia ingin menggendongku, aku pun hanya diam saja menyambut pelukannya. Dia memelukku dengan sangat erat hingga hatiku terasa hangat. Dia pun membawaku ke dalam rumahnya, rumah yang pernah aku tempati dahulu.
Ia menghentikan langkahnya ketika berada di suatu ruangan, yang disana telah menunggu anggota keluarga yang lain. Gadis itu menurunkanku di sofa, tempat keluarganya duduk. Secara bergantian setiap anggota keluarga mengelus kepalaku. Aku senang sekali. Aku pun memulai hidupku kembali dengan damai di rumah itu. Setiap hari aku lewati dengan bahagia, bersama keluarga yang kini merawatku tanpa pernah menyakitiku lagi. Aku sangat beruntung bisa berada diantara mereka.
Suatu hari aku merasa ada keanehan yang terjadi pada tubuhku. Badanku demam, tubuhku lemah, bahkan makanan yang selalu aku santap dengan lahapnya pun kini tak terasa lagi dalam tenggorokanku. “ Apa yang terjadi padaku ? “ . Seluruh anggota keluarga itu sepertinya menyadari keadaanku yang mulai melemah.
Tanpa henti mereka menyuguhkan berbagai macam makanan di depanku, namun aku tidak merasa lapar sama sekali. Aku melihat tatapan mereka begitu sedih. Aku tak sanggup melihatnya, sehingga aku memutuskan untuk keluar dari rumah itu.
Dengan tenaga yang tersisa aku berjalan ke arah sebuah rumah di ujung jalan. Aku pun berdiam diri di depan rumah itu. Namun ternyata gadis itu menemukanku, dia pun membawa diriku kembali ke rumahnya dan menyuguhkan makanan-makanan lezat dihadapanku, namun percuma saja, kini aku sudah pasrah .
Malam harinya tanpa diketahui gadis itu dan anggota keluarganya, aku keluar dari rumah lagi dan hendak menuju ke rumah di ujung jalan. Namun ditengah perjalanan ke sana, tiba-tiba hujan turun dengan derasnya dan aku tak kuasa untuk berlindung ke suatu tempat. Aku terdiam ditengah hujan yang deras itu. Tubuhku pun dibasahi air hujan, badanku terasa dingin sekali. Aku ingin berlari kembali ke rumah gadis itu namun tenagaku kini sudah habis, tubuhku sangat lemah. Aku hanya bisa mengenang saat-saat indah bersama gadis yang telah merawatku itu beserta keluarganya. Aku hanya bisa pasrah dengan apa yang akan terjadi padaku nanti.
Beberapa saat kemudian aku tersadar dari lamunan indahku. Kini air hujan telah menggenangi jalan yang aku pijak, dan semakin lama tubuhku terendam oleh air itu. Aku sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Aku tidak kuat bertahan melawan arus air yang kini semakin kuat kurasakan mendorong tubuhku. Pertahananku pun runtuh. Aku terseret mengikuti arus air hujan itu dan terjatuh ke dalam selokan. Aku meronta-ronta agar dapat keluar dari sana. Namun karena arus yang sangat deras dan kekuatanku yang kini tak tersisa sedikit pun, aku tenggelam di dalam selokan yang airnya sudah melebihi tinggi badanku. “ Oh majikanku, tolong maafkan aku yang hingga akhir hayatku ini, tidak dapat membalas semua kebaikanmu padaku. Aku hanya dapat berdoa kepada sang pencipta agar kau dan keluargamu dapat diberi rahmat oleh-Nya. Semoga kelak kau akan mendapatkan peliharaan yang lebih baik dariku “ Kataku sambil menutup mata dan tenggelam bersama air hujan.